Senin, 20 Juni 2016

MAKALAH PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN



MAKALAH
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kurikulum Pembelajaran


Disusun Oleh:
1.      Risma Wida Priphelia         142151184
2.      Pina Pitriyanti                     142151196




Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi
Tasikmalaya
2016


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini kami susun sebagai bukti bahwa kami telah menyelesaikan tugas Kurikulum Pembelajaran. Penyusun berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan data selengkap-lengkapnya. Hal ini dimaksudkan agar makalah dapat berguna umumnya bagi para pembaca makalah, khusunya bagi para penyusun.
Dalam menyusun makalah ini, penyusun mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Setya Wahyuningsih, M.Pd sebagai dosen Kurikulum Pembelajaran.
2.      Rekan-rekan tim penyusun makalah
3.      Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik materil maupun imateril serta mencurahkan rangkaian do’anya untuk keberhasilan.
4.      Rekan-rekan seperjuangan yang berada di FKIP-Matematika khususnya 2014 E
Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para pembaca. Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini terdapat banyak kekurangan, dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar menjadi lebih baik dimasa mendatang.

Tasikmalaya, Mei 2016


Penyusun

DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar .......................................................................................          ii
Daftar Isi ................................................................................................          iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.............................................................................          1
B.     Rumusan masalah........................................................................          1
C.     Manfaat makalah.........................................................................          1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian prinsip-prinsip pembelajaran .....................................          2
B.     Prinsip pembelajaran ...................................................................          2
C.     Prinsip pembelajaran KTSP ........................................................          8
D.    Prinsip-pinsip pembelajaran kurikulum 2013 ..............................          10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan .................................................................................          14
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Tugas utama seorang guru adalah menyajikan ilmu pengetahuan kepada  peserta didik, dan menyampaikan pengetahuan tersebut sesuai dengan metode yang telah dirumuskan sebelumnya, dan metode tersebut harus sesuai dengan karakteristik  peserta didik dalam memahami pengetahuan. Tidak sampai disini saja, guru pun harus mampu mengelola kelas dengan baik, merumuskan bahan ajar yang akan disampaikan, hingga menyusun penilaian belajar peserta didik. Hal tersebut dapat dilakukan oleh setiap guru dengan mempersiapkan rencana pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat terwujud. Rencana pembelajaran dapat disusun dan dikembangkan berdasarkan kurikulum yang berlaku, dimana telah dirumuskan pula prinsip-prinsip perencanaan  pembelajaran yang tepat, sehingga dapat digunakan sebagai rambu-rambu dalam merumuskan perencanaan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

B.     Rumusan masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan prinsip pembelajaran?
b.      Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran KTSP?
c.       Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran Kurikulum 2013?

C.     Manfaat makalah
a.       Mengetahui pengertian prinsip-prinsip pembelajaran
b.      Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran KTSP
c.       Mengetahui prinsip-prinsip Kurikulum 2013



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian prinsip pembelajaran
Kata prinsip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, berpijak, bertindak, dan sebagainya. Dalam  pengertian lain disebutkan bahwa prinsip adalah kebenaran umum yang sudah terbukti. Sedangkan pembelajaran berasal dari kata dasar ajar, yang memiliki arti sebuah proses, cara, dan perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup memiliki pengetahuan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip  pembelajaran adalah suatu landasan, konsep dasar, dan sumber yang menjadikan  proses belajar yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik lebih dinamis dan terarah sesuai dengan tujuannya.
B.     Prinsip pembelajaran
1.      Perhatian dan motivasi
Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.
Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu akan sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk diproduksikan.
Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: a) mengetahui apa yang akan dipelajari, b) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat tanpa motivasi dari luar dirinya. Itulah yang disebut motivasi intrinsic, atau tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik, atau tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya.  Kedua motivasi ini dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya yang didukung oleh kepawaian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang dapat merangsang minat sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan.
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar, sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensia dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta didik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Motivasi adalah unsur utama dalam pembelajaran dan pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya perhatian anak, apabila anak memperhatikannya secara spontan tanpa memerlukan usaha (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak disengaja). Bila terjadi perhatianspontan yang bukan disebabkan usaha dari guru yang membuat pelajaran begitu menarik, maka perhatian ini tidak memerlukan motovasi, walaupun dikatakan bahwa motivasi dan perhatian harus sejalan. Berbeda halnya kalau perhatian yang

2.      Keaktifan
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah tertentu, termasuk dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula dapat menggerakan otot-ototnya untuk mencapainya.
Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi taetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip aktifitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energy sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.disengaja  atau sekehendak, hal ini diperlukan motivasi.
3.      Keterlibatan langsung
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.
Edge Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman langsung”. Pembelajaran dengan pengalaman ini bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan guru berarti pengalaman belajar bagi peserta didik.
4.      Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah melihat daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan berkembang.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar. Selanjutnya teori dari phychology conditioning respons sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori konseksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan.
Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, tetapi masih dapat digunakan karena pengulangan masih relevan sebagai dasar  pembelajaran. Sebab, dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan pengulangan-pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak latuhan, pengulangan, dan pembiasaan.
5.      Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man fish, he will have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”. Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang diterimanya.
Agar pada diri peserta didik timbul motiv yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya.Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep contextual teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan sendiri jalan keluarganya.
6.      Balikan dan penguatan
Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan yang positif sebaliknya, bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan.
Format sajian berupa Tanya jawab, eksperimen, diskusi, metode penemuan sebagainya merupakan cara pembelajaran yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang diperoleh peserta didik setelah belajar dengan menggunakan metode-metode akan menarik yang membuat peserta didik terdorong untuk belajar lebih bersemangat.
7.      Proses individual
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada saat ini masih cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya seorang guru menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu kelas. Guru masih juga menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta didik dalam kelas itu. Bahkan mereka memperlakukan peserta didik secara merata tanpa memperhatikan latar belakang social budaya, kemampuan, atau segala perbedaan individual peserta didik. Padahal setiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda. Ada peserta didik yang memiliki bentuk badan tinggi kurus, gemuk pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula yang lamban, pemurung, mudah tersinggung dan beberapa sifat-sifat individual yang berbeda.
Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru harus mampu mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
S. Nasution dalam Ahmad Rohani menyarankan empat cara untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:
a)      Pengajaran individual, peserta didik menerima tugas yang diselesaikan menurut kecepatan masing-masing
b)      Tugas tambahan, peserta didik yang pandai mendapat tugas tambahan, di luar tugas umum bagi seluruh kelas sehingga hubungan kelas selalu terpelihara.
c)      Pengajaran proyek, peserta didik mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat serta kesanggupannya.
d)     Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas peserta didik yang mempunyai kesanggupan yang sama.
Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi para guru dalam mempersiapkan pembelajaran dalam kelasnya. Karena perbedaan individual merupakan suatu prinsip dalam pembelajaran yang tidak boleh dikesampingkan demi keberhasilan dalam proses pembelajaran.
C.     Prinsip pembelajaran KTSP
Berikut ini prinsip pembelajaran yang dikembangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guna menunjang belajar yang efektif dan efisien adalah:
a.       Kesempatan Belajar. Kegiatan belajar perlu menjamin pengalaman siswa untuk secara langsung mengamati dan mengalami proses, produk, keterampilan dan nilai yang diharapkan.
b.      Pengetahuan Awal Siswa. Kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman belajar yang dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa serta disesuaikan dengan keterampilan dan nilai yang dimiliki siswa sambil memperluas dan menunjukan keterbukaan pada cara pandang dan cara tindak sehari-hari.
c.       Refleksi. Kegiatan belajar perlu menyediakan pengalaman belajar bermakna yang mampu mendorong tindakan (aksi)dan renungan (refleksi) pada setiap siswa.
d.      Motivasi. Kegiatan mengajar harus mampu menyediakan pengalaman belajar yang memberimotivasi dan kejelasan tujuan.
e.       Keragaman Individu. Kegiatan belajar mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang mengenalkan siswa kepada individu lain.
f.       Kemandirian dan Kerjasama. Kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa belajar secara mandiri maupun kerjasama.
g.      Suasana yang Mendukung. Sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman dan lebih kondusif untuk menciptakan situasi supaya siswa belajar efektif.
h.      Belajar untuk Kebersamaan. Kegiatan mengajar  menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki simpati, empati dan toleransi pada orang lain.
i.        Siswa sebagai Pembangun Gagasan. Kegiatan mengajar  menyediakan pengalaman belajar yang mengakomodasikan pandangan bahwa pembangunan gagasan adalah siswa, sedangkan guru hanya sebagai penyedia kondisi supaya pristiwa belajar berlangsung.
j.        Rasa Ingin Tahu, Kreatifitas dan Ketuhanan. Kegiatan mengajar  menyediakan pengalaman belajar yang memupuk rasa ingin tahu, mendorong kreatifitas dan selalu mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
k.      Menyenagkan. Kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar menyenangkan bagi siswa.
l.        Interaksi dan Komunikasi. Kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang meyakinka siswa terlibat aktif secara fisik, mental dan sosial.
m.    Belajar Cara Belajar. Kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang memuat keterampilan belajar, sehingga siswa terampil belajar bagaimana belajar (learn how to learn).

D.    Prinsip-pinsip pembelajaran kurikulum 2013
Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi yang diharapkan terdapat maka dipeloleh 14 prinsip utama pembelajaran yang perlu guru terapkan.
Ada pun 14 prinsip itu adalah:
a.       Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu. Pembelajaran mendorong siswa menjadi pembelajar aktif, pada awal pembelajaran guru tidak berusaha untuk meberitahu siswa karena itu materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk final. Pada awal pembelajaran guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu fenomena atau fakta lalu mereka merumuskan ketidaktahuannya dalam bentuk pertanyaan. Jika biasanya kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyampaian informasi dari guru sebagai sumber belajar, maka dalam pelaksanaan kurikulum 2013 kegiatan inti dimulai dengan siswa mengamati fenomena atau fakta tertentu. Oleh karena itu guru selalu memulai dengan menyajikan alat bantu pembelajaran untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa dan dengan alat bantu itu guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.
b.      Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber. Pembelajaran berbasis sistem lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran membuka peluang kepada siswa  sumber belajar seperti informasi dari buku siswa,  internet, koran, majalah, referensi dari perpustakaan yang telah disiapkan. Pada metode proyek, pemecahan masalah, atau inkuiri siswa dapat memanfaatkan sumber belajar di luar kelas. Dianjurkan pula untuk materi tertentu siswa memanfaatkan sumber belajar di sekitar lingkungan masyarakat. Tentu dengan pendekatan ini pembelajaran tidak cukup dengan pelaksanaan tatap muka dalam kelas.
c.       Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah. Pergeseran ini membuat guru tidak hanya menggunakan sumber belajar tertulis sebagai satu-satunya sumber belajar siswa dan hasil belajar siswa hanya dalam bentuk teks. Hasil belajar dapat diperluas dalam bentuk teks, disain program, mind maping, gambar, diagram, tabel, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mempraktikan sesuatu yang dapat dilihat dari lisannya, tulisannya, geraknya, atau karyanya.
d.      Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas dalam proses belajar. Yang dikembangkan dan dinilai adalah sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
e.       Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata pelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen sistem yang terpadu. Semua materi pelajaran perlu diletakkan dalam sistem yang terpadu untuk menghasilkan kompetensi lulusan. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran bersama-sama, menentukan karya siswa bersama-sama, serta menentukan karya utama pada tiap mata pelajaran bersama-sama, agar beban belajar siswa dapat diatur sehingga tugas yang banyak, aktivitas yang banyak, serta penggunaan waktu yang banyak tidak menjadi beban belajar berlebih yang kontraproduktif terhadap perkembangan siswa.
f.       Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi. Di sini siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggul. Siswa melihat awan yang sama di sebuah kabupaten. Mereka akan melihatnya dari tempatnya berpijak. Jika ada sejumlah siswa yang melukiskan awan pada jam yang sama dari tempat yangberjauhan, mereka akan melukiskannya berbeda-beda, semua benar tentang awan itu, benar menjadi beragam.
g.      Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif. pada waktu lalu pembelajaran berlangsung ceramah. Segala sesuatu diungkapkan dalam bentuk lisan guru, fakta disajikan dalam bentuk informasi verbal, sekarang siswa harus lihat faktanya, gambarnya, videonya, diagaramnya, teksnya yang membuat siswa melihat, meraba, merasa dengan panca indranya. Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar, namun dengan menggunakan panca indra lainnya.
h.      Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills). Hasil belajar pada rapot tidak hanya melaporkan angka dalam bentuk pengetahuannya, tetapi menyajikan informasi menyangku perkembangan sikapnya dan keterampilannya. Keterampilan yang dimaksud bisa keterampilan membacan, menulis, berbicara, mendengar yang mencerminkan keterampilan berpikirnya. Keterampilan bisa juga dalam bentuk aktivitas dalam menghasilkan karya, sampai pada keterampilan berkomunikasi yang santun, keterampilan menghargai pendapat dan yang lainnya.
i.        Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan  dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat. ini memerlukan guru untuk mengembangkan pembiasaan sejak dini untuk melaksanakan norma yang baik sesuai dengan budaya masyarakat setempat, dalam ruang lingkup yang lebih luas siswa perlu mengembangkan kecakapan berpikir, bertindak, berbudi sebagai bangsa, bahkan memiliki kemampuan untuk menyesusaikan dengan dengan kebutuhan beradaptasi pada lingkungan global. Kebiasaan membaca, menulis, menggunakan teknologi, bicara yang santun  merupakan aktivitas yang tidak hanya diperlukan dalam budaya lokal, namun bermanfaat untuk berkompetisi dalam ruang lingkup global.
j.        Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),  membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani). Di sini guru perlu menempatkan diri sebagai fasilitator yang dapat menjadi teladan, meberi contoh bagaimana hidup selalu belajar, hidup patuh menjalankan agama dan prilaku baik lain. Guru di depan jadi teladan, di tengah siswa menjadi teman belajar, di belakang selalu mendorong semangat siswa tumbuh mengembangkan pontensi dirinya secara optimal.
k.      Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Karena itu pembelajaran dalam kurikulum 2013 memerlukan waktu yang lebih banyak dan memanfaatkan ruang dan waktu secara integratif. Pembelajaran tidak hanya memanfaatkan waktu dalam kelas.
l.        Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas. Prinsip ini menadakan bahwa ruang belajar siswa tidak hanya dibatasi dengan dinding ruang kelas. Sekolah dan lingkungan sekitar adalah kelas besar untuk siswa belajar. Lingkungan sekolah sebagai ruang belajar yang sangat ideal untuk mengembangkan kompetensi siswa. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan sistem yang terbuka.
m.    Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Di sini sekolah perlu meningkatkan daya guru dan siswa untuk memanfaatkan TIK. Jika guru belum memiliki kapasitas yang mumpuni siswa dapat belajar dari siapa pun. Yang paling penting mereka harus dapat menguasai TIK sebabab mendapatkan pelajaran dengan dukungan TIK atau tidak siswa tetap akan menghadapi tantangan dalam hidupnya menjadi pengguna TIK. Jika sekolah tidak memfasilitasi pasti daya kompetisi siswa akan jomplang daripada  siswa yang memeroleh pelajaran menggunakannya.
n.      Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa. Cita-cita, latar belakang keluarga, cara mendapat pendidikan di rumah, cara pandang, cara belajar, cara berpikir, keyakinan siswa berbeda-beda. Oleh karena itu pembelajaran harus melihat perbedaan itu sebagai kekayaan yang potensial dan indah jika dikembangkan menjadi kesatuan yang memiliki unsur keragaman. Hargai semua siswa, kembangkan kolaborasi, dan biarkan siswa tumbuh menurut potensinya masing-masing dalam kolobarasi kelompoknya.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Prinsip  pembelajaran adalah suatu landasan, konsep dasar, dan sumber yang menjadikan  proses belajar yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik lebih dinamis dan terarah sesuai dengan tujuannya.
Prinsip pembelajaran
1.      Perhatian dan motivasi
2.      Keaktifan
3.      Keterlibatan langsung
4.      Pengulangan
5.      Tantangan
6.      Balikan dan penguatan
7.      Proses individual



DAFTAR PUSTAKA

Pembelajaran, T. P. (n.d.). Bandung.