PRINSIP-PRINSIP
PEMBELAJARAN
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kurikulum Pembelajaran
Disusun
Oleh:
1. Risma
Wida Priphelia 142151184
2. Pina
Pitriyanti 142151196
Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi
Tasikmalaya
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah
ini kami susun sebagai bukti bahwa kami telah menyelesaikan tugas Kurikulum
Pembelajaran. Penyusun berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan data
selengkap-lengkapnya. Hal ini dimaksudkan agar makalah dapat berguna umumnya
bagi para pembaca makalah, khusunya bagi para penyusun.
Dalam
menyusun makalah ini, penyusun mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Setya
Wahyuningsih, M.Pd sebagai dosen Kurikulum Pembelajaran.
2. Rekan-rekan
tim penyusun makalah
3. Orang
tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik materil maupun imateril serta
mencurahkan rangkaian do’anya untuk keberhasilan.
4. Rekan-rekan
seperjuangan yang berada di FKIP-Matematika khususnya 2014 E
Semoga
dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para pembaca.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini terdapat banyak kekurangan,
dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun agar menjadi lebih baik dimasa mendatang.
Tasikmalaya, Mei 2016
Penyusun
|
DAFTAR
ISI
Cover
Kata
Pengantar ....................................................................................... ii
Daftar
Isi ................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang............................................................................. 1
B. Rumusan
masalah........................................................................ 1
C. Manfaat makalah......................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
prinsip-prinsip pembelajaran ..................................... 2
B. Prinsip
pembelajaran ................................................................... 2
C. Prinsip
pembelajaran KTSP ........................................................ 8
D. Prinsip-pinsip pembelajaran
kurikulum 2013 .............................. 10
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Tugas utama seorang guru adalah menyajikan ilmu pengetahuan
kepada peserta didik, dan menyampaikan pengetahuan tersebut sesuai dengan
metode yang telah dirumuskan sebelumnya, dan metode tersebut harus sesuai
dengan karakteristik peserta didik dalam memahami pengetahuan. Tidak
sampai disini saja, guru pun harus mampu mengelola kelas dengan baik,
merumuskan bahan ajar yang akan disampaikan, hingga menyusun penilaian belajar
peserta didik. Hal tersebut dapat dilakukan oleh setiap guru dengan
mempersiapkan rencana pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pengajaran dan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat terwujud.
Rencana pembelajaran dapat disusun dan dikembangkan berdasarkan kurikulum yang
berlaku, dimana telah dirumuskan pula prinsip-prinsip perencanaan
pembelajaran yang tepat, sehingga dapat digunakan sebagai rambu-rambu
dalam merumuskan perencanaan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
B. Rumusan
masalah
a. Apa yang dimaksud dengan prinsip
pembelajaran?
b. Apa saja prinsip-prinsip
pembelajaran KTSP?
c. Apa saja prinsip-prinsip
pembelajaran Kurikulum 2013?
C.
Manfaat
makalah
a. Mengetahui pengertian
prinsip-prinsip pembelajaran
b. Mengetahui prinsip-prinsip
pembelajaran KTSP
c. Mengetahui prinsip-prinsip Kurikulum
2013
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
prinsip pembelajaran
Kata
prinsip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kebenaran yang menjadi
pokok dasar berpikir, berpijak, bertindak, dan sebagainya. Dalam
pengertian lain disebutkan bahwa prinsip adalah kebenaran umum yang sudah
terbukti. Sedangkan pembelajaran berasal dari kata dasar ajar, yang memiliki
arti sebuah proses, cara, dan perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk
hidup memiliki pengetahuan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
prinsip pembelajaran adalah suatu landasan, konsep dasar, dan sumber yang
menjadikan proses belajar yang terjadi antara pendidik dengan peserta
didik lebih dinamis dan terarah sesuai dengan tujuannya.
B. Prinsip
pembelajaran
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian dalam pembelajaran
mempunyai peranan yang sangat penting. Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa
perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai
pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik
akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan
kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu
perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.
Secara
psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada sesuatu
maka segala stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini
kegiatan yang dilakukan tentu akan sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan
lebih mudah masuk ke dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih
mudah untuk diproduksikan.
Motivasi juga mempunyai peran penting
dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau
keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal ini
meliputi dua hal: a) mengetahui apa yang akan dipelajari, b) memahami mengapa
hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang
menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur
tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang
yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat tanpa motivasi
dari luar dirinya. Itulah yang disebut motivasi intrinsic, atau tenaga
pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila
motivasi intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang disebut
ekstrinsik, atau tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini
berasal dari guru, orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya. Kedua motivasi ini dibutuhkan untuk
keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang peranan penting adalah
peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya yang didukung oleh
kepawaian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang dapat merangsang minat
sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan.
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran.
Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar, sebagai
alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensia dan
hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta
didik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Motivasi adalah unsur utama
dalam pembelajaran dan pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya
perhatian anak, apabila anak memperhatikannya secara spontan tanpa memerlukan
usaha (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak disengaja). Bila terjadi
perhatianspontan yang bukan disebabkan usaha dari guru yang membuat pelajaran
begitu menarik, maka perhatian ini tidak memerlukan motovasi, walaupun
dikatakan bahwa motivasi dan perhatian harus sejalan. Berbeda halnya kalau
perhatian yang
2. Keaktifan
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar.
Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai keaktifan untuk
bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin memecahkan suatu
persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah
tertentu, termasuk dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula
dapat menggerakan otot-ototnya untuk mencapainya.
Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu
aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis
yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui banyak
aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah
rumus-rumus atau informasi taetapi belajar harus berbuat, seperti membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip aktifitas di atas menurut
pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui
pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energy sendiri dan dapat menjadi
aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam pembelajaran yang
mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan kemauan, kemampuan, bakat
dan latar belakang masing-masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik
dengan menyajikan bahan pelajaran.disengaja
atau sekehendak, hal ini diperlukan motivasi.
3. Keterlibatan langsung
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting
dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan belajar, maka
guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan
langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik.
Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga
dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.
Edge Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik
adalah belajar melalui pengalaman langsung”. Pembelajaran dengan pengalaman ini
bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang menjalankan pelajaran,
tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran
tersebut. Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan guru berarti pengalaman belajar
bagi peserta didik.
4. Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan
yang barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya.
Menurut teori ini bahwa belajar adalah melihat daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan,
berpikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan berkembang.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori
koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang
terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan
hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar. Selanjutnya teori
dari phychology conditioning respons sebagai perkembangan lebih lanjut
dari teori konseksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa
perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk
mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula
mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga
menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya, tetapi dapat juga
oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip
pengulangan dalam pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang
pertama menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang
kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan
membentuk kebiasaan.
Meskipun ketiga teori ini tidak
dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, tetapi masih dapat
digunakan karena pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. Sebab, dalam pembelajaran masih
sangat dibutuhkan pengulangan-pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan
stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan
berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan.
Oleh karena itu, perlu banyak latuhan, pengulangan, dan pembiasaan.
5. Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man
fish, he will have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all
his life”. Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang
berupa tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya
sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru.
Sebab, tanpa tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif
sehingga tidak berkesan materi yang diterimanya.
Agar pada diri peserta didik timbul motiv yang kuat untuk
mengatasi hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang
sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya.Hal ini sejalan dengan
prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep contextual teaching and
learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses
pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam menemukan
masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan sendiri jalan keluarganya.
6. Balikan dan penguatan
Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan
dan penguatan, ditekankan oleh teori operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta didi akan
belajar bersemangat apabila mengaetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil
yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi hasil
usaha belajar selanjutnya.
Namun dorongan belajar tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan atau
penguatan positif, penguatan negatif pun dapat berpengaruh pada hasil belajar
selanjutnya.
Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam
ulangan tentu dia akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang
lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan
yang positif sebaliknya, bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik
tentu dia merasa takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat.
Inilah yang disebut penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba
menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan.
Format sajian berupa Tanya jawab, eksperimen, diskusi,
metode penemuan sebagainya merupakan cara pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang diperoleh peserta didik setelah
belajar dengan menggunakan metode-metode akan menarik yang membuat peserta
didik terdorong untuk belajar lebih bersemangat.
7. Proses individual
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada
saat ini masih cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya seorang guru
menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu kelas. Guru masih juga
menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta didik dalam kelas itu.
Bahkan mereka memperlakukan peserta didik secara merata tanpa memperhatikan
latar belakang social budaya, kemampuan, atau segala perbedaan individual peserta
didik. Padahal setiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan pembawaan yang
berbeda. Ada peserta didik yang memiliki bentuk badan tinggi kurus, gemuk
pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula yang lamban, pemurung,
mudah tersinggung dan beberapa sifat-sifat individual yang berbeda.
Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat
mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar
dapat memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru harus mampu
mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan
sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta
didik secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa
perbedaan yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang
berbeda-beda.
S. Nasution dalam Ahmad Rohani menyarankan empat cara untuk
menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:
a) Pengajaran individual, peserta didik
menerima tugas yang diselesaikan menurut kecepatan masing-masing
b) Tugas tambahan, peserta didik yang
pandai mendapat tugas tambahan, di luar tugas umum bagi seluruh kelas sehingga
hubungan kelas selalu terpelihara.
c) Pengajaran proyek, peserta didik
mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat serta kesanggupannya.
d) Pengelompokan menurut kesanggupan,
kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas peserta didik yang
mempunyai kesanggupan yang sama.
Perbedaan
individual harus menjadi perhatian bagi para guru dalam mempersiapkan
pembelajaran dalam kelasnya. Karena perbedaan individual merupakan suatu
prinsip dalam pembelajaran yang tidak boleh dikesampingkan demi keberhasilan
dalam proses pembelajaran.
C. Prinsip
pembelajaran KTSP
Berikut ini prinsip pembelajaran yang
dikembangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guna menunjang
belajar yang efektif dan efisien adalah:
a.
Kesempatan Belajar. Kegiatan belajar
perlu menjamin pengalaman siswa untuk secara langsung mengamati dan mengalami
proses, produk, keterampilan dan nilai yang diharapkan.
b. Pengetahuan
Awal Siswa. Kegiatan pembelajaran perlu menyediakan pengalaman belajar yang
dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa serta disesuaikan dengan keterampilan
dan nilai yang dimiliki siswa sambil memperluas dan menunjukan keterbukaan pada
cara pandang dan cara tindak sehari-hari.
c. Refleksi.
Kegiatan belajar perlu menyediakan pengalaman belajar bermakna yang mampu
mendorong tindakan (aksi)dan renungan (refleksi) pada setiap siswa.
d. Motivasi.
Kegiatan mengajar harus mampu menyediakan pengalaman belajar yang memberimotivasi
dan kejelasan tujuan.
e. Keragaman
Individu. Kegiatan belajar mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang
mengenalkan siswa kepada individu lain.
f. Kemandirian dan
Kerjasama. Kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang mendorong
siswa belajar secara mandiri maupun kerjasama.
g. Suasana yang
Mendukung. Sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman dan lebih kondusif untuk
menciptakan situasi supaya siswa belajar efektif.
h. Belajar untuk
Kebersamaan. Kegiatan mengajar
menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
simpati, empati dan toleransi pada orang lain.
i.
Siswa sebagai Pembangun Gagasan.
Kegiatan mengajar menyediakan pengalaman
belajar yang mengakomodasikan pandangan bahwa pembangunan gagasan adalah siswa,
sedangkan guru hanya sebagai penyedia kondisi supaya pristiwa belajar
berlangsung.
j.
Rasa Ingin Tahu, Kreatifitas dan
Ketuhanan. Kegiatan mengajar menyediakan
pengalaman belajar yang memupuk rasa ingin tahu, mendorong kreatifitas dan
selalu mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
k. Menyenagkan.
Kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar menyenangkan bagi siswa.
l.
Interaksi dan Komunikasi. Kegiatan
mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang meyakinka siswa terlibat
aktif secara fisik, mental dan sosial.
m.
Belajar Cara Belajar. Kegiatan mengajar
perlu menyediakan pengalaman belajar yang memuat keterampilan belajar, sehingga
siswa terampil belajar bagaimana belajar (learn
how to learn).
D. Prinsip-pinsip pembelajaran
kurikulum 2013
Berdasarkan hasil
analisis terhadap kondisi yang diharapkan terdapat maka dipeloleh 14 prinsip
utama pembelajaran yang perlu guru terapkan.
Ada pun 14 prinsip itu adalah:
a.
Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu.
Pembelajaran mendorong siswa menjadi pembelajar aktif, pada awal pembelajaran
guru tidak berusaha untuk meberitahu siswa karena itu materi pembelajaran tidak
disajikan dalam bentuk final. Pada awal pembelajaran guru membangkitkan rasa
ingin tahu siswa terhadap suatu fenomena atau fakta lalu mereka merumuskan
ketidaktahuannya dalam bentuk pertanyaan. Jika biasanya kegiatan pembelajaran
dimulai dengan penyampaian informasi dari guru sebagai sumber belajar, maka
dalam pelaksanaan kurikulum 2013 kegiatan inti dimulai dengan siswa mengamati
fenomena atau fakta tertentu. Oleh karena itu guru selalu memulai dengan
menyajikan alat bantu pembelajaran untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa
dan dengan alat bantu itu guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan
bertanya.
b.
Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber. Pembelajaran berbasis sistem
lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran membuka peluang kepada siswa
sumber belajar seperti informasi dari buku siswa, internet, koran,
majalah, referensi dari perpustakaan yang telah disiapkan. Pada metode proyek,
pemecahan masalah, atau inkuiri siswa dapat memanfaatkan sumber belajar di luar
kelas. Dianjurkan pula untuk materi tertentu siswa memanfaatkan sumber belajar
di sekitar lingkungan masyarakat. Tentu dengan pendekatan ini pembelajaran
tidak cukup dengan pelaksanaan tatap muka dalam kelas.
c.
Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah. Pergeseran ini membuat
guru tidak hanya menggunakan sumber belajar tertulis sebagai satu-satunya sumber
belajar siswa dan hasil belajar siswa hanya dalam bentuk teks. Hasil belajar
dapat diperluas dalam bentuk teks, disain program, mind maping, gambar,
diagram, tabel, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mempraktikan sesuatu yang
dapat dilihat dari lisannya, tulisannya, geraknya, atau karyanya.
d.
Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran
berbasis kompetensi. Pembelajaran tidak hanya dilihat
dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas dalam proses belajar. Yang
dikembangkan dan dinilai adalah sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
e.
Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata
pelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen sistem yang
terpadu. Semua materi pelajaran perlu diletakkan
dalam sistem yang terpadu untuk menghasilkan kompetensi lulusan. Oleh karena
itu guru perlu merancang pembelajaran bersama-sama, menentukan karya siswa
bersama-sama, serta menentukan karya utama pada tiap mata pelajaran
bersama-sama, agar beban belajar siswa dapat diatur sehingga tugas yang banyak,
aktivitas yang banyak, serta penggunaan waktu yang banyak tidak menjadi beban
belajar berlebih yang kontraproduktif terhadap perkembangan siswa.
f.
Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.
Di sini siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggul. Siswa melihat awan yang
sama di sebuah kabupaten. Mereka akan melihatnya dari tempatnya berpijak. Jika
ada sejumlah siswa yang melukiskan awan pada jam yang sama dari tempat yangberjauhan,
mereka akan melukiskannya berbeda-beda, semua benar tentang awan itu, benar
menjadi beragam.
g.
Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.
pada waktu lalu pembelajaran berlangsung ceramah. Segala sesuatu diungkapkan
dalam bentuk lisan guru, fakta disajikan dalam bentuk informasi verbal,
sekarang siswa harus lihat faktanya, gambarnya, videonya, diagaramnya, teksnya
yang membuat siswa melihat, meraba, merasa dengan panca indranya. Siswa belajar
tidak hanya dengan mendengar, namun dengan menggunakan panca indra lainnya.
h.
Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills).
Hasil belajar pada rapot tidak hanya melaporkan angka dalam bentuk
pengetahuannya, tetapi menyajikan informasi menyangku perkembangan sikapnya dan
keterampilannya. Keterampilan yang dimaksud bisa keterampilan membacan,
menulis, berbicara, mendengar yang mencerminkan keterampilan berpikirnya.
Keterampilan bisa juga dalam bentuk aktivitas dalam menghasilkan karya, sampai
pada keterampilan berkomunikasi yang santun, keterampilan menghargai pendapat
dan yang lainnya.
i.
Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat.
ini memerlukan guru untuk mengembangkan pembiasaan sejak dini untuk
melaksanakan norma yang baik sesuai dengan budaya masyarakat setempat, dalam
ruang lingkup yang lebih luas siswa perlu mengembangkan kecakapan berpikir,
bertindak, berbudi sebagai bangsa, bahkan memiliki kemampuan untuk
menyesusaikan dengan dengan kebutuhan beradaptasi pada lingkungan global.
Kebiasaan membaca, menulis, menggunakan teknologi, bicara yang santun
merupakan aktivitas yang tidak hanya diperlukan dalam budaya lokal, namun
bermanfaat untuk berkompetisi dalam ruang lingkup global.
j.
Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo
mangun karso), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani). Di
sini guru perlu menempatkan diri sebagai fasilitator yang dapat menjadi
teladan, meberi contoh bagaimana hidup selalu belajar, hidup patuh menjalankan
agama dan prilaku baik lain. Guru di depan jadi teladan, di tengah siswa
menjadi teman belajar, di belakang selalu mendorong semangat siswa tumbuh
mengembangkan pontensi dirinya secara optimal.
k.
Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat. Karena itu pembelajaran dalam kurikulum
2013 memerlukan waktu yang lebih banyak dan memanfaatkan ruang dan waktu secara
integratif. Pembelajaran tidak hanya memanfaatkan waktu dalam kelas.
l.
Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
Prinsip ini menadakan bahwa ruang belajar siswa tidak hanya dibatasi dengan
dinding ruang kelas. Sekolah dan lingkungan sekitar adalah kelas besar untuk
siswa belajar. Lingkungan sekolah sebagai ruang belajar yang sangat ideal untuk
mengembangkan kompetensi siswa. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya dapat
mengembangkan sistem yang terbuka.
m.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
Di sini sekolah perlu meningkatkan daya guru dan siswa untuk memanfaatkan TIK.
Jika guru belum memiliki kapasitas yang mumpuni siswa dapat belajar dari siapa
pun. Yang paling penting mereka harus dapat menguasai TIK sebabab mendapatkan
pelajaran dengan dukungan TIK atau tidak siswa tetap akan menghadapi tantangan
dalam hidupnya menjadi pengguna TIK. Jika sekolah tidak memfasilitasi pasti
daya kompetisi siswa akan jomplang daripada siswa yang memeroleh
pelajaran menggunakannya.
n.
Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
siswa. Cita-cita, latar belakang keluarga, cara
mendapat pendidikan di rumah, cara pandang, cara belajar, cara berpikir,
keyakinan siswa berbeda-beda. Oleh karena itu pembelajaran harus melihat
perbedaan itu sebagai kekayaan yang potensial dan indah jika dikembangkan
menjadi kesatuan yang memiliki unsur keragaman. Hargai semua siswa, kembangkan
kolaborasi, dan biarkan siswa tumbuh menurut potensinya masing-masing dalam
kolobarasi kelompoknya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip pembelajaran
adalah suatu landasan, konsep dasar, dan sumber yang menjadikan proses
belajar yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik lebih dinamis dan
terarah sesuai dengan tujuannya.
Prinsip
pembelajaran
1. Perhatian dan motivasi
2. Keaktifan
3. Keterlibatan langsung
4. Pengulangan
5. Tantangan
6. Balikan dan penguatan
7. Proses individual
DAFTAR
PUSTAKA
Pembelajaran, T. P. (n.d.). Bandung.